Minggu, 15 Maret 2009

Sedekah, Burung dan Si Mamat

Sudah menjadi pekerjaan si Mamat menangkap burung. Bila ada burung yang menyarang dan sedang bertelur si Mamat selalu menunggui dan memperhatikan setiap hari. Sehingga telur burung tersebut menetas dan bila telah menetas maka anak burung tersebut diambil dan dipelihara dari kecil sampai besar dan nantinya dijual.

Melihat kondisi ini, para burung mengadu kepada Tuhan, Allah s.w.t, yang mengatur segalanya. Burung memohon kepada Allah dan berjajin kepada burung agar si Mamat diberi pelajaran. Maka Allah berjanji, bila Mamat kembali mengambil anak burung maka si Mamat akan terpeleset dan jatuh lalu mati. Inilah Janji Allah kepada burung. Dengan suka cita sang burung menyampaikan berita ini kepada burung-burung lainnya.

Pada saat H-2 dari waktu telur menetas si Mamat ngeliatin kondisi telur apakah sudah menetas apa belum ternyata belum. Maka burung berkata dengan burung-burung lainnya. Dua hari lagi si Mamat akan mati. Dua hari lagi si Mamat akan mati. Dua hari lagi si Mamat akan mati.
Pada hari H, si Mamat membawa tangga dan membawa serta lontong untuk makan, sebelum tiba di pohon yang dituju si Mamat bertemu dengan nenek-nenek dan si Mamat memberi lontong bawaanya kepada nenek tersebut. Lalu si Mamat naik tangga. Pada saat Mamat naik tangga, burung dan teman-temannya bersorak, “ade yang mau mati, ade yang mau mati, ade yang mau mati, terus burung-burung tersebut bersorak karena si Mamat akan terpeleset, jatuh dan mati. Sedangkan si Mamat terus naik dan sampailah di sarang burung, lalu ia mengambil anak burung dan ia turun dengan selamat dan ketika tiba dibawah si Mamat “ngaso” dan duduk lalu membakar rokok Dji Sam Su dengan nikmatnya ia merokok.

Melihat hal ini para burung bingung, “kok Mamat kaga mati, kan Allah udah janji mau matiin si Mamat.” Akhirnya para burung protes kepada Allah, “Ya Allah kamu telah berjanji mau matiin si Mamat, ko dia selamat?” Allah menjawab, benar Aku memang janji sama kalian akan menjatuhkan si Mamat dan lalu mematikannya. Tapi Aku sudah lebih dulu janji kepada siapa yang bersedekah maka dia tidak akan terkena musibah, dan si Mamat sebelum naik pohon ia bersedekah dengan nenek. Jadi Aku tidak bisa mengingkari janji –Ku yang pertama.”

Dari kisah ini, marilah kita memperbanyak sedekah sekecil apapun sedekah yang kita berikah. Dengan banyak memberi kita akan merasakan ni’matnya pemberian Allah SWT, kita akan merasakan kesejukan hati , kedamaian dan ketenangan. Dengan sedekah Insya Allah, Allah akan melindungi kita. Amin.

“Semoga berkah dan bermanfaat.”

*) ditulis kembali dari Ceramah K.H. Abdul Hay Naim, pada Hari Sabtu, 29 Desember 2007 di Masjid Al-Ibadah dalam rangka pengajian Al-Bahtsu wat Tahqiq Assalam waktu Ba’da Shalat Shubuh.
**) Si Mamat adalah nama samaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar