Kamis, 15 Januari 2009

Petani dan Keberuntungan

Waktu aku duduk di Madrasah Ibtidaiyah (MI), sering aku dengar kata Al-Fallah (الفلاّح). Pengucapan kata tersebut dengan tasydid. Kata tersebut mempunyai arti petani. Petani pergi ke kebun, yang bahasa Arabnya : الفلاّح يذهب الى البستان . Ketika aku lebih dewasa, aku sering mendengar suara orang mengumandangkan azan, dan pada saat muazin mengucapkan Hayya alal Falah (حي على الفلاح) yang artinya marilah kita menuju kemenangan. Timbul pertanyaan dalam hatiku, kenapa antara kata Al-Fallah dengan Al-Falah berbeda arti. Padahal dari segi penulisan bedanya hanya tanda tasydid saja. Dan kalau dijabarkan menurut i’lal, maka perbedaannya, kalau kata Al-Fallah huruf lamnya ada dua dan kata Al-Falah huruf lamnya ada satu. Mengapa kedua kata tersebut berbeda arti yang sangat jauh. Al-Fallah berarti petani sedangkan Al-Falah berarti kemenangan atau keberuntungan.
Dan ini terus mengganggu pikiranku setiap kali aku mendengar azan dikumandangkan. Apa sih maksudnya, kenapa bisa berbeda arti padahal bila disusun hurufnya ya samalah? Bertahun-tahun hal ini tak ku temukan jawabannya.
Hal ini terjawab ketika aku akan mengajar kaum ibu di Majelis Taklim Al-Fatah yang dipimpin oleh ibuku, yang pada saat itu aku menggantikan beliau berkenaan dengan keberangkatannya ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji bersama rombongannya. Ketika itu aku akan membahas tentang pewaris-pewaris surga firdaus. Disitu dibahasa tentang keberuntungan orang-orang mu’min. Untuk memperjelas pemahamanku, maka ku buka Tafsir Al-Mishbah karya Dr. M. Quraish Shihab Volume 9 surah Al-Mu’minun ayat pertama. Berikut ini adalah kutifan dari tafsir tersebut.
Surat al-Muminun [23] : 1 Halam 146 :
“Kata ( أفلح )aflaha terambil dari kata ( الفلح ) al-falh yang berarti membelah, dari sini petani dinamai ( الفلاّح )al-fallah karena dia mencangkul untuk membelah tanah lalu menanam benih. Benih yang ditanam petani menumbuhkan buah yang diharapkannya. Dari sini agaknya sehingga memperoleh apa yang diharapkan dinamai falah dan hal tersebut tentu melahirkan kebahagian yang juga menjadi salah satu makna falah. Selanjutnya rujuklah ke QS. Al-Hajj [22]: 77 untuk memperoleh informasi tambahan.”
Surat al-Hajj [22]: 77 halaman 132 :
“Firman-Nya : ( لعلكم تفلحون ) la’allakum tuflihun / semoga kamu mendapat kemenangan mengandung isyarat bahwa amal-amal yang diperintahkan itu, hendaknya dilakukan dengan harapan memperoleh al-falah/ keberuntungan yakni apa yang diharapkan di dunia dan di akhirat. Kata ( لعلّ ) la’alla/ semoga yang tertuju kepada para pelaksana kebaikan itu, memberi kesan bahwa bukan amal-amal kebajikan itu yang menjamin perolehan harapan dan keberuntungan apalagi surga, tetapi surga adalah anugerah Allah dan semua keberuntungan merupakan anugerah dan atas izin-Nya semata.
Kata ( تفلحون ) tuflihun terambil dari kata ( فلح ) falaha yang juga digunakan dalam arti bertani. ( فلاّح ) fallah adalah petani. Penggunaan kata itu memberi kesan bahwa seorang yang melakukan kebaikan, hendaknya jangan segera mengharapkan tibanya hasil dalam waktu yang singkat. Ia harus merasakan dirinya sebagai petani yang harus bersusah payah membajak tanah, menanam benih, menyingkirkan hama dan menyirami tanamannya, lalu harus menunggu hingga memetik buahnya.”
Inilah jawaban yang selama ini aku cari-cari. Ternyata banyak sekali kesan dan isyarat-isyarat yang disampaikan oleh Allah melalui kitab suci-Nya Al-Qur’an. Banyak sekali yang belum kita pahami. Dari ini kita merasa bahwa kita belum ada apa-apanya. Masih sedikit sekali ilmu yang kita miliki. Dan ilmu yang kita miliki itu pun merupakan pemberian Allah swt. Marilah kita belajar, berjuang, ibadah, zikir, mencari kehidupan untuk mencapai makna hidup yang sesungguhnya dengan melimpahkan segala daya dan upaya tanpa kenal lelah dan lemah.
Banyak makna yang dapat kita ambil dari dua istilah t ersebut ( fallah dan falah ). Seseorang yang ingin menikmati keindahan puncak gunung haruslah berjuang mendaki gunung dengan menghadapi segala rintangan dan tantangan. Siapapun yang dapat menyelesaikan rintangan dan tantangan, maka ia akan mendapatkan puncak kebahagian. Yaitu surganya Allah swt.
Teruslah berjuang tuk menggapai keridhoan Allah swt.
Jakarta, 16 Januari 2008
Jam 7.40 wib.


Ucapan terima kasih tak terhingga tuk Bapak Dr. M. Quraish Shihab, teriring doa semoga ilmu Bapak bermanfaat di dunia dan di akhirat.
Semoga bermanfaat untuk diri penulis dan orang yang membaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar